Pages

Minggu, 15 Mei 2016

IMPLEMENTASI FISIKA KUANTUM DALAM SELF DEVELOPEMENT

PENDAHULUAN

Saat ini dunia telah memasuki abad Quantum. Segala sesuatu bisa terjadi secara instan dan begitu cepat. Banyak istilah Quantum yang bermunculan. Di dunia pendidikan kita mengenal Quantum Learning dan  Quantum Teaching yang merupakan suatu metode  percepatan dalam pembelajaran. Metode Quantum ini mengarah kepada cara memaksimalkan penggunaan otak kiri dan kanan, yaitu bagaimana membuat suatu lompatan proses belajar yang lebih cepat daripada metode konvensional.

Namun, ketenaran istilah Quantum ternyata tidak hanya dimonopoli oleh dunia pendidikan, tapi hampir segala bidang seperti dunia bisnis, manajemen, dunia anak, termasuk dunia spritual, sehingga kita mengenal perpaduan istilah Quantum dengan beragam kata-kata lain seperti Quantum Bisnis, Manajemen Quantum, Quantum do’a, Quantum Power, Quantum Energi, Quantum Ikhlas, dan lain sebagainya.

Pada tulisan ini, kita akan membahas korelasi antara Ilmu  Sains dan Ilmu Sosial (Humanistis) yaitu Fisika Quantum dalam pengembangan kepribadian diri (Self Development) dengan pendekatan metode Quantum Ikhlas. Metode Quantum Ikhlas sendiri diperkenalkan oleh Erbe Sentanu yang merupakan suatu metode pengembangan diri dan meraih kesuksesan melalui manajemen gelombang frekuensi jantung dan perasan hati serta mengeksplorasi kesadaran kuantum agar bisa merasakan kebahagiaan dan mewujudkan impian secara cepat.

Terlebih dahulu penulis akan membahas tentang latar belakang perkembangan fisika kuantum dan selanjutnya membahas korelasi antara fisika kuantum dengan kehidupan dan hal-hal yang bersifat humanistis dan bagaimana pengaruh hukum tarik-menarik. Dan penulis juga membahas sekilas tentang Quantum Ikhlas.  Harapan penulis, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari tulisan ini.


PEMBAHASAN

fisika klasik dan fisika kuantum 
Di dalam fisika terdapat dua pandangan, yaitu fisika klasik dan fisika kuantum. Fisika klasik dipelopori oleh Newton, sehingga disebut juga dengan pandangan fisika Newtonian. Konsep dari fisika Newtonian  adalah analitik, mekanistik dan deterministik. Dimana fenomena fisika yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari dan yang ada di semesta dibahas secara makroskopis (dalam skala makro) dan dapat diuraikan secara analitik berdasarkan hukum-hukum fisika yang pasti.   Bila keadaan awal diketahui dan semua medan gaya yang berpengaruh diperhitungkan maka perilaku suatu benda (posisi dan momentum, energi, dst) untuk waktu berikutnya dapat ditentukan. Hukum fisika ini dapat diterapkan mulai dari hal sederhana seperti jatuhnya buah apel hingga untuk perhitungan posisi planet-planet dalam tatasurya. Salah satu contoh yang menakjubkan dari hasil perhitungan Fisika Newtonian ini adalah ramalan tentang waktu gerhana bulan atau matahari sampai dalam orde detik dan ternyata cocok dengan hasil pengamatan. 

Cara berfikir fisika klasik ini telah memicu kemajuan teknologi yang dimulai dengan revolusi industri di Eropa. Mesin-mesin dirancang dengan disain berdasarkan perhitungan analitik-mekanismitik yang pasti. Dan dalam tatanan filosofi, alam semesta merupakan mesin raksasa yang berputar secara terus menerus dan dapat diprediksi.

Pada akhir abad ke 19, para ilmuwan mulai membuat peralatan untuk investigasi benda-benda atom yang sangat kecil. Mereka menemukan sesuatu yang membingungkan.  Konsep fisika Newtonian tidak mampu lagi menjelaskan atau memprediksi apa yang mereka temukan di laboratorium. Ternyata kesuksesan fisika Newtonian hanya berlaku pada dunia makroskopis sebatas benda yang kasat mata dan bergerak dengan kecepatan jauh di bawah kecepatan cahaya. Fisika klasik terbukti gagal untuk menjelaskan fenomena mikroskopik pada skala atom. Sejak itu, muncul  ilmu fisika modren yang meliputi fisika kuantum yang dipelopori oleh Bohr, Heisenberg, Schodinger dan lain-lain,  dan teori  relativitas yang diungkapkan Einstein.

Fisika kuantum mempunyai implikasi yang sangat luas pada perubahan peradaban manusia. Penjelasan tentang atom, molekul dan zat padat telah melahirkan material semikonduktor, laser, dan chips mikroskopis yang menghasilkan akselerasi kemajuan di bidang teknologi dan informasi. Implikasi filosofis fisika kuantum lebih dasyat diantaranya tentang prinsip ketidakpastian Heisenberg  dan participating observer (hasil eksperimen tergantung pada pengamat dan suatu realitas tidak akan terjadi sebelum kita benar-benar mengamatinya) sehingga pada dunia subatomik, hukum fisika tidak lagi merupakan suatu kepastian, tetapi gerak partikel diatur oleh konsep probabilitas.

Dalam teori kuantum setiap keadaan partikel (posisi, momentum, energi, dst) dihubungkan berdasarkan suatu eksperimen. Ketika formulasi telah dirumuskan maka perilaku partikel dapat diprediksi. Schrodinger menunjukan bahwa perilaku partikel dapat ditunjukan oleh sebuah persamaan matematis gelombang. Namun, persamaan ini tidak memberikan informasi apapun tentang keadaan partikel sebelum suatu eksperimen benar-benar dilakukan, dengan kata lain persamaan tersebut meramalkan dua hasil kemungkinan secara sepadan. Dalam percobaan celah ganda, tampak bahwa hasil pengamatan tergantung kepada cara eksperimen dilakukan. Partikel tersebut tidak punya sifat ”asli”. Dan dalam  sebuah eksperimen lain yang dikenal dengan kucing Schrodinger (Dewiit, 1970) bahwa partikel mempunyai sifat dualisme yaitu bisa dipandang sebagai partikel dan sebagai gelombang yang disebut dengan dualisme gelombang partikel merupakan konsekuensi pengembangan teori Kuantum.

Pandangan yang menunjukan indeterminisme ini menimbulkan kontroversi yang cukup ramai di kalangan ilmuwan. Bahkan Einstein yang pada awal turut serta membangun teori Kuantum (pada kasus efek fotolistrik) menentang konsekuensi filosofis teori Kuantum ini, sampai-sampai dia berucap ”Tuhan tidak bermain dadu”. Dalam debat melawan Bohr dan kawan-kawan, argumentasi Einstein tentang determinisme selalu dapat dipatahkan. Sehingga sampai saat ini teori Kuantum yang meskipun ”agak edan” tetapi terbukti merupakan teori yang dapat menerangkan dunia mikroskopis dan mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Memasuki Realitas Kuantum
Apa sebenarnya yang akan terjadi ketika sebuah benda dibelah terus-menerus hingga ke tingkat materi yang sangat kecil. Dan materi terkecil itu pun terus dibelah dengan alat pemecah atom partikel accelerator ?. Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan fisika kuantum, dapat dijelaskan bahwa suatu benda padat merupakan kumpulan dari molekul. Sementara molekul itu berasal dari semua atom dan partikelnya. Dan partikel subatom yang sangat kecil itu berasal dari suatu energi vibrasi (getaran) halus yang dinamakan quark, string atau biasa disebut quanta yang ”tak tampak” wujudnya. 

Segala sesuatu di seluruh alam semesta ini merupakan bagian dari energi quanta. Apapun yang kita lihat di sekeliling kita tersusun dari energi quanta. Di level quanta semua benda sebenarnya menyatu dan tidak terpisah. Jika semua benda diinvestigasi dari dekat-dengan mikroskop nuklir misalnya-maka tampak jelas bahwa mereka tidaklah padat sama seklai, melainkan terdiri dari rongga-ronga yang berisi getaran energi quanta yang bergerak sedemikian cepatnya sehingga ”terlihat” padat oleh indra penglihatan kita dan ”terasa” padat oleh indra peraba kita. Seperti film kartun yang tampak bergerak di layar TV padahal sebenarnya merupakan kumpulan gambar tak bergerak yang dipaparkan secara cepat sehingga terlihat hidup. Inilah yang disebut ilusi atau kefanaan.

Hal yang menarik dari realitas kuantum ini adalah bahwa pada level yang semakin dalam dan halus, energi yang dikandungnya justru semakin besar. Energi nuklir yang lebih halus misalnya, berjuta-juta kali lebih dahsyat dibandingkan energi kimia. Kekuatan kuantum adalah kekuatan alam yang belum banyak dimanfaatkan secara tepat oleh kebanyakan orang. Padahal realitas kuantumlah yang harus kita ubah sebelum realitas fisiknya bisa kita lihat dan nikmati. Dan realitas kuantumlah ini sebenarnya yang kita akses dan kita olah dalam kehidupan keseharian kita. Kemudian, muncul pertanyaan bagaimana unsur quanta ini memberi andil bagi kehidupan kita, bagaimana cara kerjanya pada pikiran, perasaan dan terkabulnya pengharapan kita pada sesuatu hal? Bisakah kita mengatur energi ini untuk mengubah nasib menuju lebih baik?

Hukum Tarik Menarik (The Law of Attraction)
Seperti yang telah dijelaskan oleh Fisika Kuantum, seluruh isi alam pada intinya hanyalah getaran vibrasi semata. Getaran gelombang vibrasi bertingkat dari getaran yang paling lambat sampai getaran yang paling cepat. Benda memiliki gelombang yang paling lambat getarannya adalah semua yang bisa diraba, dilihat, dikecap, dicium dan didengar. Dan benda yang gelombang getarannya paling cepat ialah realitas yang ghaib (tidak tampak) dan hanya bisa dirasakan seperti kebahagiaan, cinta dan kasih sayang. Semua benda yang tidak tampak seperti pikiran dan perasaan memiliki getaran vibrasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Dan siapa yang terampil menggunakannya akan memiliki kehidupan yang lebih mudah dan lebih baik keadaannya. 

Untuk  meraih dan menikmati sukses hidup yang total tanpa hambatan, kita perlu menyadari bahwa  hidup dapat  dianalogikan  seperti  seorang pelukis yang dihadiahi sebuah kanvas maha besar lengkap dengan semua peralatan gambar yang dibutuhkan.  Kita  bebas melukiskan apa saja yang ingin kita buat. Apakah lukisan yang indah dan bermakna atau lukisan yang jelek dan tidak bermakna.

Demikian pula halnya dengan alam semesta, sesuai dengan teori quantum bahwa inti dari alam semesta pada dasarnya adalah getaran vibrasi semata. Apa yang kita pikirkan dan yang kita lakukan akan memancarkan getaran yang nantinya akan menciptakan gelombang kepada alam semesta dan selanjutnya alam akan merespon sesuai dengan yang kita pancarkan. Hukum daya tarik menarik (The Law of Attraction) menyatakan bahwa ” Sesuatu akan menarik pada dirinya segala hal yang satu sifat dengannya.” Dan Elizabeh Towne juga menyatakan bahwa manusia adalah magnet, dan setiap detail peristiwa yang dialaminya datang atas daya-tarik (undangan)nya sendiri.  Ini menjelaskan bahwa diri kita adalah sebuah magnet besar yang selalu menarik apa saja sesuai dengan fokus dari apa yang sedang kita pikirkan dan rasakan. Sehingga jika kita berpikir kesulitan, kita tidak akan bisa menarik kemudahan Jika kita berfikir kekurangan, kita tidak bisa menarik kekayaan. Jika kita berpikir gemuk, kita tidak bisa menarik kurus. Oleh karena hal tersebut bertentangan dengan hukum tarik-menarik yang berlaku. Jadi biasakanlah diri kita dengan hukum tarik-menarik sehingga kita dapat menggunakan dengan sengaja untuk menarik segala sesuatu yang kita inginkan.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kita sebenarnya ikut menciptakan kenyataan hidup kita sendiri, apapun kenyataan yang terjadi. Melalui kekuatan hukum tarik-menarik kita menarik apa pun yang paling sering kita pikirkan, apakah kita menginginkannya atau tidak. Jadi, jika kita selalu memikirkan apa ”yang kita suka”, hidup kita akan dipenuhi oleh hal itu. Dan sebaliknya, jika kita selalu memikirkan hal-hal ”yang tidak kita suka” maka yang akan terjadi dalam hidup kita pun akan mencerminkan hal itu.

Tuhan selalu mengabulkan doa setiap orang. Dan Ia mengabulkan doa yang ada di hati manusia, bukan yang terucap di mulut. Yang ada di hati adalah sama dengan apa yang selalu kita pikirkan (fokuskan). Jadi, ketika kita memikirkan sesuatu (positif atau negatif) terus menerus, artinya kita sedang mengarahkan energi vibrasi kita ke sana. Oleh karena sifat pikiran kita yang luar biasa, energi tersebut mulai berkumpul untuk akhirnya mewujudkan (menarik) sesuatu yang sesuai dengan fokus pikiran kita.

Quantum Ikhlas
Kebanyakan orang meyakini bahwa dalam hidup ini ia harus berjuang meraih keinginannya dengan berusaha keras, membanting tulang hingga tetes darah penghabisan. Tuntunan agama menjanjikan berbagai kemudahan atau kesuksesan akan datang menghampiri jika dalam ikhtiarnya manusia berhasil bersyukur, menikmati prosesnya, dan menyerahkan seluruh urusan dan kepentingan hanya kepada Tuhan. Inilah kompetensi ikhlas.

Ikhlas sebagai keterampilan atau skilI, yang lebih bercirikan  silent operation dari pikiran dan perasaan yang ”tak tampak” memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Ikhlas bukan hanya diucapkan di bibir atau dipikirkan di kepala, melainkan keterampilan unutk menciptakan ”peristiwa keikhlasan” di dasar hati yang terdalam.

Nasib seseorang mencerminkan karakternya. Sementara karakter itu berasal dari semua kebiasaan serta tindakannya. Dan tindakannya berasal dari pikirannya yang bermuara dari perasaannya. Nasib, karakter, kebiasaan dan tindakan adalah sesuatu ”yang tampak”. Sementara pikiran dan perasaan adalah energi kuantum ”yang tak tampak”. Dan kenyataan kuantum ini mengatakan bahwa kita bisa ”mengatur” perasaan untuk mengubah nasib kita. 

Di dalam buku terbarunya, The Spees of Trust, Stephen M.R. Covey menuliskan : untuk meraih tujuan hidup pribadi dan bahkan di dunia korporat ”tidak ada sesuatu yang bisa melebihi kecepatan trust”. Memang benar, sifat percaya kepada orang lain berasal dari rasa percaya terhadap diri sendiri dan Tuhan adalah salah satu unsur utama ikhlas. Sehingga aplikasinya tentu akan mengaktivasi gerakan kuantum yang memiliki daya dorong, daya pukul, dan tenaga yang sangat dahsyat menuju tercapainya tujuan secara cepat. Kita mungkin pernah melihat disekitar kita, ada beberapa orang yang terampil menerapkan sikap ikhlas dalam hidupnya. Kita mendengar keajaiban yang mereka alami dalam lingkungan sosial dan keluarganya, keberuntungan yang mereka temukan dalam bisnis dan berbagai hal lain yang sepertinya tak masuk akal. Tapi semua itu bisa dimengerti, karena begitu kita mengikhlaskan sesuatu, maka kita telah menyerahkan hal itu kepada Yang Maha Kuasa sehingga kecerdasan Tuhanlah yang bekerja pada diri kita dengan mekanisme yang sulit dipahami oleh pikiran manusia.

Metode quantum ikhlas merupakan suatu metode menata  (memanajemen) gelombang pikiran (otak) dan jantung (hati) untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan hidup yang optimal.

Gelombang otak dapat dibagi menjadi :
  1. Beta (14 – 100 Hz). Dalam frekuensi ini seseorang sedang dalam kondisi terjaga atau sadar penuh dan didominasi oleh logika. Di kondisi ini otak kiri aktif digunakan untuk berfikir dan kosentrasi sehingga merangsang otak untuk mengeluarkan hormon kortisol dan norefinefrin yang menyebabkan cemas, khawatir, marah dan stress.
  2. Alfa (8 – 13, 9 hz). Orang yang sedang rileks, melamun, atau berkhayal gelombang otaknya berada dalam kondisi ini. Dalam kondisi alpha otak memproduksi hormon serotin dan endorfin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang dan bahagia. Hormon ini membuat imunitas tubuh meningkat, pembuluh darah terbuka lebar, detak jantung stabil dan kapasitas indra kita meningkat. Kondisi inilah kita dapat merasakan rasa ikhlas yang membuka akses menuju realitas kuantum
  3. Theta (4-7,9 Hz). Pada frekuensi ini pikiran menjadi sangat kreatif dan inspiratif. Seseorang yang berada dalam gelombang ini berada dalam kondisi khusyuk, relaks yang dalam, ikhlas, pikiran sangat hening dan intuisi muncul. Hal ini dikarenakan otak mengeluarkan hormon melatonin, catecholamine dan AVP (arginine-vasopressin). Di gelombang ini akses ke realitas kuantum akan terasa semakin nyata.
  4. Delta (0,1 – 3,9 Hz). Frekuensi ini memancar saat seseorang tertidur pulas tanpa mimpi, tidak sadar dan tidak berfikir. Di gelombang ini otak mengeluarkan HGH (human Growth Hormon/ hormon pertumbuhan) yang bisa membuat sesorang awet muda. Bila sesorang tidur dalam keaadaaan Delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi, meski hanya tidur beberapa menit, ia akan bangun dengan tubuh tetap merasa segar.

Kehidupan kita ditentukan oleh pikiran dan perasaan. Pikiran dibagi pada pikiran sadar dan bawah sadar. Pikiran sadar menyumbang 12 % dari kekuatan pikiran kita, sedangkan sisanya 88 % kekuatan pikiran adalah dari pikiran bawah sadar. Pikiran sadar diasosiasikan dengan gelombang Beta. Dan bawah sadar diasosiasikan dengan gelombang alfa dan theta. Sayangnya, kita tidak terampil untuk menggunakan kekuatan bawah sadar kita. Betapa tidak, setiap hari kita hanya bergerak di dalam gelombang Beta (bangun tidur langsung berfikir tentang rencana kerja hari ini, kemudian bekerja dan menjalankan aktivitas harian) dan Delta (pulang kerja merasa lelah, mengantuk dan akhirnya tertidur) tanpa melalui Alfa dan Theta. 

Kesuksesan kita untuk melakukan perubahan sangat ditentukan oleh kualitas frekuensi otak alfa dan theta kita. Karena dalam kondisi gelombang ini kita bisa membuka akses kekuatan bawah sadar yaitu kekuatan hati (perasaan) kita. Dan saat terbuka itulah kita bisa memasukkan program-program kita yaitu niat dan doa-doa kita.  Karenanya semakin pandai kita masuk ke alfa dan theta semakin mudah pula hidup kita. Kemudahan dalam urusan bisnis dan karier, percepatan proses belajar, penyembuhan diri sendiri, hubungan baik dengan semua orang termasuk mengamalkan perintah agama untuk meraih ketenangan. Inilah mekanisme keikhlasan yang terjadi. 


 

TEORI KUANTUM MEMUNGKINKAN MANUSIA MELAKUKAN TELEPATI DAN TELEPORTASI ?

 

Pendahuluan

Elektron terletak dalam orbital-orbital tertentu. Sebagaimana Postulat Bohr Elektron memerlukan energi ambang tertentu agar dapat berpindah lintasan. Energi ambang adalah energi minimal yang diperlukan elektron untuk naik menuju orbital yang lebih tinggi. Energi itu tidak kontinum, melainkan diskrit, artinya terkuantifikasi. Paket-paket energi yang terkuantifikasi ini dalam bentuk radiasi atau gelombang disebut kuanta energi. Menurut Max Planck, besarnya energi tersebut adalah h f dengan h adalah konstanta planck yang besarnya 6,63 x 10^{-34} joule detik.

Elektron hanya bisa punya energi dalam kelipatan bulat kuanta ini. Tidak hanya pada elektron tetapi juga foton dan semua zarah renik di tingkat subatom. Inilah asal-usul nama kuantum pada fisika kuantum yang kita pelajari ini. Fisika kuantum mempelajari perilaku zarah-zarah subatomik, dinamika dan interaksinya, serta relasinya dengan medan yang memengaruhinya.

Teori Kuantum

Teori kuantum dari Max Planck mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang dipancarkan oleh benda mampat. Radiasi inilah yang menunjukan sifat partikel dari gelombang. Radiasi yang dipancarkan setiap benda terjadi secara tidak kontinyu (discontinue) dipancarkan dalam satuan kecil yang disebut kuanta (energi kuantum). 

Planck berpendapat bahwa kuanta yang berbanding lurus dengan frekuensi tertentu dari cahaya, semuanya harus berenergi sama dan energi ini E berbanding lurus dengan.
Jadi :


E = h.V
              E = Energi kuantum
         h = Tetapan Planck = 6,626 x 10-34 J.s
        V = Frekuensi

    Planck menganggap hawa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh benda, timbul secara 
    terputus-putus walaupun penjalarannya melalui ruang merupakan gelombang elektromagnetik 
    yang kontinyu.

Einstein mengusulkan bukan saja cahaya yang dipancarkan menurut suatu kuantum pada saat tertentu tetapi juga menjalar menurut kuanta individual. Hipotesis ini menerangkan efek fotolistrik, yaitu elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya cukup tinggi, terjadi dalam daerah cahaya tampak dan ultraungu.
Hipotesa dari Max Planck dan Einstein menghasilkan rumusan empiris tentang efek fotolistrik yaitu :

hV = Kmaks + hVo
hV = Isi energi dari masing-masing kuantum cahaya datang
Kmaks = Energi fotoelektron maksimum
hVo = Energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron dari permukaan logam yang disinari


Tidak semua fotoelektron mempunyai energi yang sama sekalipun frekuensi cahaya yang digunakan sama. Tidak semua energi foton (hv) bisa diberikan pada sebuah elektron. Suatu elektron mungkin akan hilang dari energi awalnya dalam interaksinya dengan elektron lainnya di dalam logam sebelum ia lenyap dari permukaan. Untuk melepaskan elektron dari permukaan logam biasanya memerlukan separuh dari energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari atom bebas dari logam yang bersangkutan.

Penafsiran Einstein mengenai fotolistrik dikuatkan dengan emisi termionik. Dalam emisi foto listrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh elektron untuk lepas, sedangkan dalam emisi termionik kalorlah yang menyediakannya.

Usul Planck bahwa benda memancarkan cahaya dalam bentuk kuanta tidak bertentangan dengan penjalaran cahaya sebagai gelombang. Sementara Einstein menyatakan cahaya bergerak melalui ruang dalam bentuk foton. Kedua hal ini baru dapat diterima setelah eksperimen Compton.

Eksperimen ini menunjukan adanya perubahan panjang gelombang dari foton yang terhambur dengan sudut (f) tertentu oleh partikel bermassa diam (mo). Perubahan ini tidak bergantung dari panjang gelombang foton datang (l).

Hasil pergeseran compton sangat kecil dan tidak terdeteksi. Hal ini terjadi karena sebagian elektron dalam materi terikat lemah pada atom induknya dan sebagian lainnya terikat kuat. Jika elektron d timbulkan oleh foton, seluruh atom bergerak, bukan hanya elektron tunggalnya.

Untuk lebih memahami tinjauan teori kuantum dan teori gelombang yang saling melengkapi, marilah kita amati riak yang menyebar dari permukaan air jika kita menjatuhkan batu ke permukaan air.
Pernahkan Anda perhatikan hal ini?


Riak yang menyebar pada permukaan air akan hilang dengan masuknya batu ke dasar.

Analogi ini dapat menjelaskan energi yang dibawa cahaya terdistribusi secara kontinyu ke seluruh pola gelombang. Hal ini menurut tinjauan teori gelombang sedangkan menurut teori kuantum, cahaya menyebar dari sumbernya sebagai sederetan konsentrasi energi yang teralokalisasi masing-masing cukup kecil sehingga dapat diserap oleh sebuah elektron.

Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksi dan interferensi yang tidak dapat dijelaskan oleh teori kuantum. Sedangkan teori kuantum menjelaskan efek fotolistrik yang tidak dapat dijelaskan oleh teori gelombang.
  • Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksidan interferensi yang tidak dapat dijelaskan oleh teori kuantum.
  • Teori kuantum menjelaskan efek fotolistrik yang tidak dapat di jelaskan oleh teori gelombang.
Bila cahaya melalui celah-celah, cahaya berlalu sebagai gelombang, ketika tiba di layar cahaya berlalu sebagai partikel.Berdasarkan data tersebut, dilakukan eksperimen lanjutan yang meneliti sifat dualisme gelombang dan partikel.

Telepati dan Teleportasi 

Sebagai rumusan dasar dalam ilmu sains, rumusan Newton, F=m.a, memberikan pengaruh dan kegunaan yang cukup besar. Kehadiran rumusan hukum kekekalan energi dan momentum, misalnya, tidak lain dikembangkan dari rumus dasar Newton.Berdasarkan rumusan Newton pula maka berkembang ilmu optika klasik, mekanika, dan mesin-mesin. Buah dari karya besar Newton itu antara lain termanifestasi dalam peradaban mesin-mesin industri. Sir Issac Newton dapat diakui sebagai ilmuwan besar abad 17 hingga abad 20.

Akan tetapi, dengan berawal dari ketidakpuasan para ilmuwan terhadap rumusan Newton untuk menjelaskan dinamika elektron-struktur atomik-maka berkembanglah teori baru. Berawal dari tesis Albert Einstein melalui rumusan E= mc2, lebih lanjut menjadi arahan bagi para ilmuwan untuk dapat memodelkan dinamika elektron dengan lebih tepat. Dari rumusan Einstein, ternyata terbukti bahwa rumusan Newton pada dasarnya merupakan pendekatan dari rumusan E=mc2. Hal ini terjadi karena dinamika gerak partikel masif adalah Seiring dengan pembuktian Einstein dan kawan-kawan dalam bidang fisika ini, maka berkembanglah cabang ilmu Fisika Kuantum. Dari namanya kuantum diambil dari kuanta-energi yang dipancarkan oleh loncatan elektron. Lebih lanjut, Scrodinger berhasil memberikan rumusan peluang elektron untuk dapat melakukan terobosan pada suatu dinding penghalang. Lebih lanjut, kuantum ini dimodelkan melalui sumur-sumur kuantum. Pada sumur itu digambarkan elektron yang hendak menembus dinding sumur pembatas dengan probabilitas tertentu.

Jika 14 abad yang lalu masyarakat  Indonesia banyak yang meyakini peristiwa supranatural , maka teori kuantum memberikan arahan yang berarti untuk menjelaskan fenomena aneh itu. Bahkan untuk fenomena telepati, sihir, pengobatan jarak jauh, dan teleportasi.

Meditasi Anand Krisna, misalnya, jika kita perhatikan tidak lain mengikuti konsep kuantum. Dengan melakukan penenangan batin serta diikuti ritme goyangan tubuh berirama, seseorang akan mengalami “kepuasan” tertentu. Teknik ini juga sering dilakukan pada penyembuhan alternatif dengan menggunakan energi prana, chi.

Apa sesungguhnya yang sedang terjadi? Di manakah kuantum itu terjadi? Teori kuantum menjelaskan fenomena loncatan elektron (kuanta-kuanta energi) suatu partikel yang mengalami eksitasi, yang diakibatkan oleh pengaruh getaran, pemanasan, atau pemancaran. Efek fotolistrik dan Compton menjelaskan hal ini. Pada kasus logam yang dipanasi, ia dapat memancarkan elektron. Logam yang disinari, terjadi kuantum. Hal ini menyebabkan perubahan struktur atomik suatu partikel tertentu. Perubahan itu melibatkan pemindahan elektron yang sekaligus memancarkan energi foton. Pendek kata, fenomena di atas terjadi karena transfer energi elektromagnetik

Richard Feyman, ilmuwan Amerika Serikat yang berhasil memenangkan Nobel Fisika atas temuannya, membuktikan bahwa suatu partikel masih dapat dipindahkan menembus batas dinding partikel tanpa mengalami kerusakan. Pada kesempatan yang lain, Dr Ivan Geiver (pemenang Nobel Fisika) dari Amerika juga semakin menguatkan khazanah ilmu kuantum ini.

Temuan Feyman dan Geiver ini memberikan pengertian kepada kita bahwa teleportasi-perpindahan fisik seseorang yang menembus ruang pembatas-adalah rasional. Jika seseorang sudah dapat melakukan suatu perlakuan khusBeus terhadap dirinya sampai batas energi ambang, maka orang tersebut memungkinkan mengalami derajat emanasi, eksitasi, atau kuantum. Sama persis dengan energi ambang yang dibutuhkan suatu logam untuk dapat melakukan kuantum.

Manifestasi dari kuantum ini adalah memungkinkan seseorang ini mengirimkan sinyal jarak jauh, sinyal yang berupa medan elektromagnetik. Jika dapat mengubah partikel diri seolah menjadi susunan-susunan elektron yang tereksitasi, maka terjadilah loncatan secepat cahaya. Maka, tukar informasi-telepati-terjadi. Lihat juga peristiwa kirim energi melalui televisi pada acara mingguan Dedy Corbuzier. Jika kejadian ini sampai melibatkan pemindahan fisik tubuhnya, maka orang ini mencapai derajat teleportasi.

Dari sudut pandang teori kuantum ini maka jelaslah bahwa, telepati, teleportasi; sudah mendapatkan penjelasan secara fisika. Artinya, sebagian besar orang yang tidak mengakui fenomena ini-karena alasan tidak ada bukti fisiknya-dewasa ini sudah terbantahkan. Hal yang dulu dianggap metafisika dan gaib, berdasarkan teori kuantum telah mendapatkan pembenaran fisik. Senada dengan teori kuantum. 

Teknik meditasi merupakan cara untuk memicu eksitasi eletron tubuh kita agar dapat memancarkan gelombang cahaya dengan frekuensi tertentu. Jika teknik ini cukup kuat dan kontinu sampai derajad energi ambang terlampui.

Dari sudut pandang ilmiah, maka sebagian orang semakin meyakini bahwa ilmu-ilmu fisik (fisika) dewasa ini sudah menyatu dengan dimensi gaib dan spiritualitas. Jika kita sempat membaca tulisan Frictof Capra pada bukunya Titik Balik Peradaban, terang sudah bahwasanya khazanah ilmu barat dan timur dewasa ini sudah dalam tahap penyatuan. Khazanah barat yang unggul dalam riset, eksperimentasi, dan rasionalitas; serta timur yang lebih dominan dalam aspek spiritualitas.

Oleh karena itu, era pasca-Einstein telah menjadi pembuka tabir penyatuan paradigma timur dan barat. Dan, kuantum adalah laksana jembatan antara peradaban timur dan barat. Kuantum yang secara empiris ditemukan pada abad 20, maka di dunia timur sudah mengakar cukup kuat sejak peradaban Cina Kuno dan India Kuno, 25 abad yang lalu. Dunia timur mengenal hukum paradoks lebih awal. Kita tahu, salah satu hukum dalam teori kuantum adalah hukum paradoks.

Namun sampai saat ini masih belum ada manusia yang dapat menembus ruang dan waktu. Teori kuantum menyangkut telepati dan teleportasi masih dalam perdebatan, belum ada bukti-bukti yang cukup seseorang bisa mencapai  derajat emanasi, eksitasi, atau kuantum.









 






 



Jumat, 13 Mei 2016

PENJELASAN MENGAPA AWAN TERLIHAT MENGGUMPAL

semua orang pasti memiliki kekaguman sekaligus ketidaktahuan saat melihat langit dengan hamparan  awan yang beragam bentuk dan warna. Pada beberapa awan, seringkali kita melihat bentuk bawahnya yang relatif rata sementara bagian atasnya bergumpal-gumpal. Nah, mengapa bisa terjadi seperti itu?


 Nah berikut penjelasan singkatnya dalam ilmu fisika 

Awan sebenarnya uap air yang mengembun menjadi titik-titik air. Panas dari matahari akan menyebabkan air di laut, sungai dan danau menguap. Uap air yang hangat tersebut akan bergerak naik keatas, dan saat uap tersebut naik, uap air mulai menjadi dingin.  Hasilnya, uap air tersebut mulai berkondensasi membentuk kembali butiran-butiran air. Kumpulan dari butiran-butiran air dilangit tersebut yang kita kenal sebagai awan. Butiran-butiran air yang makin lama makin membesar akhirnya akan jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Kadangkala, suhu udara yang terlalu dingin membuat butiran-butiran air tersebut membeku membentuk es dan jatuh kembali ke bumi sebagai salju.

Bentuk awan sangat tergantung pada bagaimana ia terbentuk. Ada awan berbentuk agak datar (awan stratus). Awan ini terbentuk oleh udara yang naik dari kaki bukit atau gunung secara perlahan. Sisi awan biasanya agak kabur. Awan ini kadang bisa berbentuk oval karena pengaruh angin ketika awan naik.

Pada saat udara naik agak cepat, terbentuklah awan bergumpal-gumpal (awan kumulus). Akibat cepatnya udara naik, sisi awan ini agak tajam (tid ak kabur). Awan kumulus bisa menyerupai berbagai benda, hewan, wajah orang dsb.



Rabu, 11 Mei 2016