Pada mulanya ilmu pengetahuan bersifat
mono-disipliner-sistem yang disebut dengan filsafat. Pada masa itu belum
ada ilmu pengetahuan lain, sehingga segala masalah ilmu pengetahuan
harus dibahas dan dipecahkan oleh filsafat. Demikian pula, segala macam
masalah hidup dan kehidupan harus pula dipecahkan oleh filsafat. Masalah
– masalah yang ada pada masa sekarang kita kenal sebagai matematika,
fisika, kedokteran dan farmasi, sains dan teknologi pada zaman dahulu
menjadi objek material dan objek formal filsafat, termasuk ruang lingkup
filsafat, menjadi objek yang dibahas dan dipecahkan oleh filsafat.
Kompleksitas dari kebutuhan manusia yang semakin berkembang serta
tuntutan perkembangan dan perubahan zaman, mendorong perkembangan
filsafat untuk melahirkan berbagai ilmu sebagai anaknya yang kita
namakan ilmu-ilmu cabang. Kalau filsafat memusatkan perhatiannya pada
segala sesuatu sebagai obyeknya, maka pada ilmu-ilmu cabang itu harus
memusatkan perhatiannya pada satu obyek tertentu saja.
Ditinjau dari segi historis, hubungan
antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat
mencolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia”
meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan
ilmu pengetahuan, ternyata terdapat kecenderungan lainnya. Dengan
munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke-17, maka mulai terjadi
perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan karena sebelum abad
ke-17 tersebut ilmu pengetahuan identik dengan filsafat sehingga
definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Filsafat itu sendiri telah menunjukkan
bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara
subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya,
berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya
sendiri-sendiri. Akibatnya, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama
semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang lebih khusus, seperti
ilmu pengetahuan alam.
Ilmu pengetahuan sangat menentukan
kehidupan manusia, baik individual maupun sosial, akibatnya ilmu yang
satu berkaitan erat dengan cabang ilmu yang lain. Pengetahuan ilmiah
atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka
lahirlah filsafat ilmu sebagai penerus perkembangan filsafat
pengetahuan. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa
filsafat tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu.
Begitu pula ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari
filsafat.
Ilmu pengetahuan alam dianggap bersifat
ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafat sehingga satu
dengan yang lainnya tidak terpisahkan. Sebaliknya, sekarang banyak
persoalan filsafat yang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah
supaya faktanya sesuai. Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap mempertahankan penggunaan
nama atau istilah filsafat alam untuk ilmu pengetahuan alam. Hal ini
dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John
Dalton: New Princiles of Chemical Philosophy. Berdasarkan hal
tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak
terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu filsafat, khususnya
pada ilmu Fisika.
Fisika sebagai ilmu pengetahuan
Menurut M.J Langeveld, pengetahuan
sebagai kesatuan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui.
Demikian pula J.K. Feibleman menyebutkan bahwa knowledge is a relation between object and subject.
Dari dua definisi pengetahuan tersebut diketahui adanya pengertian pada
subjek mengenai “hal” yang terdapat pada objek. “Hal” itu kemudian
dimiliki oleh subjek sehingga dengan demikian diperoleh pengetahuan
tertentu berkat penerapan indera atau akal budinya terhadap objek.
Dikatakan juga bahwa pengetahuan adalah hasil dari perbuatan mengetahui.
Pengetahuan ialah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami. Hasil
segala sesuatu tadi harus memanifestasikan dengan adanya pemahaman
sedemikian rupa sehingga terdapat perbedaan pengertian dan pemahaman
yang jelas daripada sebelum diketahui.
Pengetahuan manusia merupakan sebuah
sistem manusiawi, di samping berbagai sistem manusiawi lain yang menjadi
unsur-unsur kebudayaan juga yang terpenting dari pengetahuan adalah
adanya kebenaran karena setiap orang hanya akan menerima adanya
pengetahuan yang benar.
Syarat-syarat dari ilmu pengetahuan
yaitu adanya subjek, objek, metode, dan sistem, di mana fisika telah
memenuhi syarat-syarat dari ilmu pengetahuan tersebut sehingga dapat
disebut sebagai ilmu pengetahuan. Adapun subjek dari fisika adalah
manusia itu sendiri karena manusia berperan sebagai pengamat serta
penganalisis gejala-gejala yang terjadi di alam. Fisika memiliki objek
yang meliputi objek material dan objek formal. Objek materialnya adalah
alam semesta, sedangkan objek formalnya antara lain adalah tata surya,
gravitasi, gaya, energi, cahaya, dan lainnya. Metode yang digunakan
tergantung pada objek ilmu tersebut, di mana terdapat dua metode yang
dikenal secara umum yaitu metode deduktif dan metode induktif. Metode
deduktif merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan pernyataan umum ke
khusus, sedangkan metode induktif merupakan penarikan kesimpulan
berdasarkan pernyataan khusus ke umum.
Contoh metode deduktif adalah semua
benda yang mengapung di atas air memiliki gaya tekan ke atas. Kapal
adalah benda yang mengapung di atas air. Jadi kesimpulannya kapal
memiliki gaya tekan ke atas. Sedangkan contoh metode induktif bisa
dilihat pada contoh berikut ini. Seng yang dipanaskan memuai. Tembaga
yang dipanaskan memuai. Perak yang dipanaskan memuai. Besi yang
dipanaskan memuai. Timah yang dipanaskan memuai. Jadi kesimpulan yang
dapat diambil dari pernyataan-pernyataan tersebut adalah sejumlah logam
yang dipanaskan akan memuai.
Sistem adalah kebulatan dari sejumlah
unsur yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan tertentu, memiliki
suatu keruntutan yang menyebabkan keefisienan dan keefektifan. Tidak
semua data yang disusun secara sistematis (runtut), memenuhi syarat
ilmiah suatu ilmu misalnya pada buku telepon. Sistematik yang memenuhi
syarat keilmuan bisa dilihat dari dua segi, yaitu pertama merupakan
hasil dari suatu usaha menemukan asas pengaturan dan di lain pihak bisa
dijadikan titik tolak penemuan-penemuan baru sehingga pengetahuan
tersebut bersifat kumulatif. Artinya keilmuan tidak bisa dimulai dari
nol, melainkan dari fakta yang dipermasalahkan yang mengandung kebenaran
akibat penyelidikan keilmuan yang sebelumnya, diolah untuk
disempurnakan dalam kegiatan keilmuan berikutnya. Akibatnya kebenaran
yang dicapai bersifat relatif dan sementara. Demikian pula dengan ilmu
fisika yang selalu mengalami perkembangan.
Dari uraian di atas, ilmu pengetahuan
dan kegiatan keilmuan khususnya fisika, mengandung sifat-sifat seperti,
universal, komunal, skeptik, dan bebas pamrih. Universal maksudnya
adalah konsep-konsep yang diabstraksikan dalam lingkup ilmu fisika harus
berlaku umum dan menyangkut orang banyak atau bersifat
intersubjektivitas. Skeptik diartikan sebagai sikap yang tidak menerima
kebenaran dengan mudah melainkan dengan lugas dan selalu dicari
argumentasi yang logis yang mendukungnya. Komunal artinya ilmu filsafat
bisa di terapkan secara umum, di berbagai lapisan masyarakat. Sedangkan
dengan bebas pamrih menunjukkan bahwa kegiatan ilmiah tujuannya untuk
mencapai kebenaran ilmiah.
Kedudukan filsafat sebagai dasar ilmu fisika
Filsafat merupakan sumber dari segala
cabang ilmu pengetahuan. Di mana cabang ilmu pengetahuan ini adalah
ilmu-ilmu yang dilahirkan oleh filsafat. Menurut Notonagoro, unsur-unsur
yang diperoleh dari ilmu cabang filsafat mencakup objek, dasar-dasar
ilmu, sifat-sifat atau syarat-syarat ilmu, metode, dan pemersatu ilmu.
Semua ilmu cabang filsafat mendapat ketentuan objek dari filsafat
misalnya ilmu ekonomi, hukum, sastra, termasuk ilmu fisika merupakan
ilmu yang meninjau suatu objek tertentu.
Filsafat memberikan dasar-dasar kepada
ilmu pengetahuan cabang, dan juga memberikan sifat dan syarat-syarat
tertentu agar ilmu pengetahuan tersebut menjadi bersifat ilmiah.
Filsafat juga memberikan metode pada setiap ilmu cabang untuk memudahkan
mencapai tujuannya. Metode ini merupakan syarat ilmiah suatu
pengetahuan. Filsafat menempatkan akal pikiran dan rasio sebagai sarana
sentral dalam berfilsafat. Karena itulah filsafat berperan sebagai
pemersatu ilmu, yang menjadi cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
Sunoto mengatakan bahwa jika ilmu-ilmu pengetahuan tersebut digali lebih
dalam akhirnya akan sampai juga pada filsafat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ilmu pengetahuan cabang seperti fisika awalnya berasal dari
filsafat, kemudian memisahkan diri menjadi suatu disiplin ilmu yang
mandiri, dan akhirnya akan kembali lagi pada filsafat saat cabang ilmu
itu diperdalam. Namun, ada perbedaan antara pengertian filsafat sebagai
asal mula atau sumber ilmu pengetahuan cabang dengan filsafat sebagai
akhir dari pendalaman ilmu pengetahuan cabang itu. Perbedaaannya,
pengertian filsafat sebagai sumber ilmu pengetahuan fisika adalah
pengertian filsafat dalam arti filsafat umum, sedangkan filsafat sebagai
akhir dari pendalaman ilmu pengetahuan fisika adalah arti filsafat vak.
Objek material filsafat umum adalah
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan objek formalnya
adalah keterangan yang sedalam-dalamnya atas objek material itu.
Sebaliknya, objek material filsafat vak adalah yang ada mengenai satu
bidang tertentu, seperti bidang fisika yang selalu mencari keterangan
yang sedalam-dalamnya tentang fisika.
Pada zaman modern umumnya telah
disepakati bahwa ilmu filsafat itu dipelajari dengan dua cara, yaitu
dengan memplajari sejarah perkembangan sejak dahulu kala hingga sekarang
(metode historis), dan dengan cara mempelajari isi atau lapangan
pembahasannya yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode
sistematis).
Dalam metode historis orang mempelajari
perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dahulu kala sehingga sekarang.
Di sini dikemukakan riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat di segala masa,
bagaimana timbulnya aliran filsafatnya tentang logika, tentang
metafisika, tentang etika, dan tentang keagamaan. Dalam metode
sistematis orang membahas langsung isi persoalan ilmu filsafat tanpa
mementingkan urutan zaman masing-masing. Ilmu filsafat dibagi dalam
bidang-bidang tertentu. Misalnya, dalam bidang logika dipersoalkan mana
yang benar dan mana yang salah menurut pertimbangan akal, bagaimana cara
berpikir yang benar dan mana yang salah.
Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah
sebagai induk yang mencakup semua ilmu khusus. Dalam perkembangan
selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari
induknya, filsafat. Mula-mula matematika dan fisika melepaskan diri,
kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lain. Adapun psikologi baru pada
akhir-akhir ini melepaskan diri dari filsafat, bahkan di beberapa
institut, psikologi masih terpaut dengan filsafat. Setelah filsafat
ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak mati, tetapi hidup
dengan corak baru sebagai ‘ilmu istimewa’ yang memecahkan masalah yang
tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Aristoteles, murid Plato, menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan dalam filsafat menggunakan logika (filsafat
logika) serta mencakup pula filsafat teoretis (mencangkup persoalan
materi di dunia alam nyata, ilmu matematika yang mempersoalkan hakikat
segala sesuatu dalam kuantitasnya, ilmu metafisika yang mempersoalkan
hakikat segala sesuatu). Inilah yang paling utama dari filsafat.
Pembagian Aristoteles ini merupakan permulaan yang baik sekali bagi
perkembangan pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari
secara teratur. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika,
hingga sekarang masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang
dikagumi dan dipergunakan.
Walaupun pembagian ahli yang satu tidak
sama dengan pembagian ahli-ahli lainnya, kita melihat lebih banyak
persamaan daripada perbedaan. Dari pandangan para ahli tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai
beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika, estetika,
epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya :
- Metafisika yaitu filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
- Logika yaitu filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
- Etika yaitu filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
- Estetika yaitu filsafat tentang kreasi yang melibatkan rasa indah dan yang jelek.
- Epistemologi yaitu filsafat tentang ilmu pengetahuan
- Filsafat-filsafat khusus lainnya, seperti filsafat agama, filsafat manusia,
Filsafat hukum, filsafat sejarah,
filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Seperti telah
dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan pembahasannya. Yang
ditujunya ialah mencari hakikat kebenaran dari segala sesuatu, baik
dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun dalam
mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi
apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya). Dari tinjauan di
atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam tiap-tiap pembagian
sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang paling
utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika,
dan etika.
Perkembangan fisika sebagai ilmu pengetahuan
Asal-usul terjadinya alam makrokosmos
diawali dari adanya rasa penasaran para filsuf terhadap
kejadian-kejadian alam misalnya debur ombak, lamanya siang dan malam
yang berganti secara rutin, dan angkasa raya yang maha luas sehingga
mereka menggunakan akal pikirannya untuk membuat teori-teori filsafat
yang berkaitan tentang alam semesta.
Di dalam perkembangan ilmu fisika,
banyak ahli-ahli yang mempelajari filsafat yang selanjutnya menjadi
teori-teori Fisika, misalnya rasa penasaran Newton saat sebuah apel
jatuh dia atas kepalanya yang akhirnya melahirkan teori gravitasi,
ataupun Archimedes yang akhirnya menemukan gaya apung setelah rasa
penasarannya ketika air baknya meluap saat ia berendam.
Selain itu, Aristoteles mempelajari dan
membagi gerak (kinetis) menjadi dua, yaitu gerak spontan dan gerak
karena kekerasan. Gerak spontan adalah perubahan secara umum,
dikelompokkan menjadi gerak subsitusional yakni sesuatu menjadi sesuatu
yang lain seperti seekor anjing mati dan gerak aksidental yakni
perubahan yang menyangkut salah satu aspek saja. Gerak aksidental ini
berlangsung melalui tiga cara yaitu gerak lokal seperti meja pindah dari
satu tempat ke tempat lain, gerak kualitatif seperti daun hijau menjadi
kuning, dan gerak kuantitatif seperti pohon tumbuh membesar. Dalam
setiap gerak ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan yaitu
keadaan terdahulu, keadaan baru, dan substratum yang tetap. Contohnya,
air dingin menjadi panas. Dingin menunjukkan keadaan terlebih dahulu,
panas sebagai keadaan baru, dan air sebagai substratum.
Aristoteles berpendapat bahwa setiap
kejadian diakibatkan oleh empat sebab utama, yaitu penyebab efisien
sebagai sumber kejadian, penyebab final sebagai tujuan atau arah
kejadian, penyebab material sebagai bahan tempat kejadian tempat
berlangsung, dan penyebab formal sebagai bentuk menyusun bahan. Keempat
sebab ini berlaku untuk semua kejadian, baik yang terjadi secara alamiah
maupun yang disebabkan oleh manusia. Semua benda alamiah mempunyai
sifat phisis dalam perkembangannya seperti adanya sumber gerak atau diam
dalam dirinya sendiri. Contohnya, pohon kecil tumbuh besar karena
phisisnya, pohon tetap tinggal pohon berkat phisis atau kodratnya.
Mengenai alam, Aristoteles berpendirian
bahwa dunia ini bergantung pada tujuan (telos) itu. Alam tidak membuat
sesuatu dengan sia-sia dan tidak membuat sesuatu yang berlebihan. Alam
juga bertindak seolah-olah ia mengetahui konsekuensi perbuatannya.
Teologi ini juga mencakup alam yang tidak hidup yang terdiri dari empat
unsur seperti api, udara, air, dan tanah.
Jagat raya berbentuk bola dan terbatas,
tetapi tidak mempunyai permulaan dan bersifat kekal. Semua jagat raya di
luar bumi terdiri dari unsur kelima yaitu ether yang tidak dapat
dimusnahkan dan tidak dapat berubah menjadi unsur lain. Berkaitan dengan
jagat raya ini Aristoteles mempunyai pandangan yang sangat terkenal
mengenai penggerak pertama yang tidak digerakkan. Ia berpendapat segala
sesuatu yang bergerak di dunia ini, digerakkan oleh sesuatu yang lain
yang disebut “Penggerak Pertama” yang menyebabkan gerak itu, tetapi ia
sendiri tidak digerakkan, yaitu Tuhan.
Sejarah perkembangan ilmu fisika dapat dibagi dalam empat periode yaitu:
- Periode Pertama, dari zaman prasejarah sampai tahun 1550 an. Pada
periode pertama ini dikumpulkan berbagai fakta fisis yang dipakai untuk
membuat perumusan empirik. Dalam periode pertama ini belum ada
penelitian yang sistematis. Beberapa penemuan pada periode ini di
antaranya
- Pada tahun 2.400.000 SM – 599 SM di bidang astronomi sudah dihasilkan Kalender Mesir dengan 1 tahun sama dengan 365 hari, prediksi gerhana, jam matahari, dan katalog bintang. Dalam teknologi sudah ada peleburan berbagai logam, pembuatan roda, teknologi bangunan (piramid), standar berat, pengukuran, dan penggunaan koin (mata uang).
- Tahun 600 SM – 530 M perkembangan ilmu dan teknologi sangat terkait dengan perkembangan matematika. Dalam bidang Astronomi sudah ada pengamatan tentang gerak benda langit (termasuk bumi), jarak dan ukuran benda langit. Dalam bidang sains fisik Physical Science, sudah ada Hipotesis Democritus bahwa materi terdiri dari atom-atom. Archimedes memulai tradisi “Fisika Matematika” untuk menjelaskan tentang katrol, hukum-hukum hidrostatika dan lain-lain. Tradisi Fisika Matematika berlanjut sampai sekarang.
- 530 M – 1450 M: Mundurnya tradisi sains di Eropa dan pesatnya perkembangan sains di Timur Tengah. Dalam kurun waktu ini terjadi Perkembangan Kalkulus. Dalam bidang Astronomi ada “Almagest” karya Ptolomeous yang menjadi teks standar untuk astronomi, teknik observasi berkembang, trigonometri sebagai bagian dari kerja astronomi berkembang. Dalam Sain Fisik, Aristoteles berpendapat bahwa gerak bisa terjadi jika ada yang nendorong secara terus-menerus. Selain itu terjadi berbagai perkembangan di bidang kemagnetan, eksperimen optika, dan ilmu Kimia.
- Pada tahun 1450 M-1550 M ada publikasi teori heliosentris dari Copernicus yang menjadi titik penting dalam revolusi sain. Saat itu mulai ada arah penelitian yang sistematis.
- Periode Kedua, dari tahun 1550-an sampai tahun 1800-an mulai
dikembangkan metoda penelitian yang sistematis dengan Galileo dikenal
sebagai pencetus metoda saintifik dalam penelitian. Hasil-hasil yang
didapatkan antara lain:
- Kerja sama antara eksperimentalis dan teoris menhasilkan teori baru pada gerak planet
- Newton meneruskan pemikiran Galileo terutama dalam bidang mekanika menghasilkan hukum-hukum gerak yang sampai sekarang masih dipakai
- Dalam Mekanika selain Hukum-Hukum Newton dihasilkan pula Persamaan Bernoulli, Teori Kinetik Gas, Vibrasi Transversal dari Batang, Kekekalan Momentum Sudut, serta Persamaan Lagrange
- Dalam Fisika Panas ada penemuan termometer, Azas Black, dan Kalorimeter
- Dalam Gelombang Cahaya ada penemuan aberasi dan pengukuran kelajuan cahaya
- Dalam kelistrikan ada klasifikasi konduktor dan nonkonduktor, penemuan elektroskop, pengembangan teori arus listrik yang serupa dengan teori penjalaran panas dan Hukum Coulomb
- Periode Ketiga, dari tahun 1800-an sampai 1890-an. Pada periode ini
diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar yang sekarang kita
kenal dengan sebutan Fisika Klasik. Dalam periode ini Fisika berkembang
dengan pesat terutama dalam mendapatkan formulasi-formulasi umum dalam
Mekanika, Fisika Panas, Listrik-Magnet dan Gelombang, yang masih
terpakai sampai saat ini.
- Dalam mekanika diformulasikan persamaan Hamiltonian (yang kemudian dipakai dalam Fisika Kuantum), persamaan gerak benda tegar, teori elastisitas, hidrodinamika.
- Dalam fisika panas diformulasikan hukum-hukum termodinamika, teori kinetik gas, penjalaran panas dan lain-lain.
- Dalam Listrik-Magnet diformulasikan Hukum Ohm, Hukum Faraday, Teori Maxwell dan lain-lain.
- Dalam Gelombang diformulasikan teori gelombang cahaya, prinsip interferensi, difraksi dan lain-lain.
- Periode Keempat, yaitu dari tahun 1890-an sampai sekarang. Pada
akhir abad ke-19 ditemukan beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan
melalui fisika klasik. Hal ini menuntut pengembangan konsep fisika yang
lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern. Dalam periode
ini dikembangkan teori-teori yang lebih umum yang dapat mencakup masalah
yang berkaitan dengan kecepatan yang sangat tinggi (relativitas)
atau/dan yang berkaitan dengan partikel yang sangat kecil (teori
kuantum).
- Teori Relativitas yang dipelopori oleh Einstein menghasilkan beberapa hal di antaranya adalah kesetaraan massa dan energi E=mc2 yang dipakai sebagai salah satu prinsip dasar dalam transformasi partikel.
- Teori Kuantum, yang diawali oleh karya Planck dan Bohr dan kemudian dikembangkan oleh Schroedinger, Pauli, Heisenberg dan lain-lain, melahirkan teori-teori tentang atom, inti, partikel sub atomik, molekul, zat padat yang sangat besar perannya dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
Kesimpulan
Fisika merupakan salah satu ilmu
pengetahuan yang merupakan percabangan dari ilmu filsafat. Cabang
filsafat disebut sebagai ilmu pengetahuan apabila memiliki subjek,
objek, disusun menggunakan metode-metode tertentu serta memiliki sistem
yang dapat ditentukan. Adapun subjek dari fisika adalah manusia itu
sendiri karena manusia berperan sebagai pengamat serta penganalisis
gejala-gejala yang terjadi di alam. Fisika memiliki objek yang meliputi
objek material dan objek formal. Objek materialnya adalah alam semesta,
sedangkan objek formalnya antara lain adalah tata surya, gravitasi,
gaya, energi, cahaya, dan lainnya. Metode yang digunakan tergantung pada
objek ilmu tersebut, di mana terdapat dua metode yang dikenal secara
umum yaitu metode deduktif dan metode induktif. Metode deduktif
merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan pernyataan umum ke khusus,
sedangkan metode induktif merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan
pernyataan khusus ke umum.
Filsafat merupakan sumber dari segala
cabang ilmu pengetahuan. Di mana cabang ilmu pengetahuan ini adalah
ilmu-ilmu yang dilahirkan oleh filsafat. Filsafat memberikan dasar-dasar
kepada ilmu pengetahuan cabang, dan juga memberikan sifat dan
syarat-syarat tertentu agar ilmu pengetahuan tersebut menjadi bersifat
ilmiah. Filsafat juga memberikan metode pada setiap ilmu cabang untuk
memudahkan mencapai tujuannya. Metode ini merupakan syarat ilmiah suatu
pengetahuan. Filsafat menempatkan akal pikiran dan rasio sebagai sarana
sentral dalam berfilsafat. Karena itulah filsafat berperan sebagai
pemersatu ilmu, yang menjadi cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Di dalam perkembangan ilmu fisika,
banyak ahli-ahli yang mempelajari filsafat yang selanjutnya menjadi
teori-teori Fisika. Sejarah perkembangan ilmu fisika dapat dibagi dalam
empat periode yaitu: periode pertama, dari zaman prasejarah sampai tahun
1550 an. Pada periode pertama ini dikumpulkan berbagai fakta fisis yang
dipakai untuk membuat perumusan empirik dan dalam periode pertama ini
belum ada penelitian yang sistematis, periode kedua yaitu dari tahun
1550-an sampai tahun 1800-an mulai dikembangkan metoda penelitian yang
sistematis dengan Galileo dikenal sebagai pencetus metoda saintifik
dalam penelitian, periode ketiga yaitu dari tahun 1800-an sampai 1890-an
dan pada periode ini diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar
yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik. Selain itud alam
periode ini Fisika berkembang dengan pesat terutama dalam mendapatkan
formulasi-formulasi umum dalam Mekanika, Fisika Panas, Listrik-Magnet
dan Gelombang, yang masih terpakai sampai saat ini.
Sumber : http://duniaiptek.com
0 komentar:
Posting Komentar