Pages

Sabtu, 07 Mei 2016

FILSAFAT SEBAGAI DASAR PERKEMBANGAN ILMU FISIKA

Pada mulanya ilmu pengetahuan bersifat mono-disipliner-sistem yang disebut dengan filsafat. Pada masa itu belum ada ilmu pengetahuan lain, sehingga segala masalah ilmu pengetahuan harus dibahas dan dipecahkan oleh filsafat. Demikian pula, segala macam masalah hidup dan kehidupan harus pula dipecahkan oleh filsafat. Masalah – masalah yang ada pada masa sekarang kita kenal sebagai matematika, fisika, kedokteran dan farmasi, sains dan teknologi pada zaman dahulu menjadi objek material dan objek formal filsafat, termasuk ruang lingkup filsafat, menjadi objek yang dibahas dan dipecahkan oleh filsafat. Kompleksitas dari kebutuhan manusia yang semakin berkembang serta tuntutan perkembangan dan perubahan zaman, mendorong perkembangan filsafat untuk melahirkan berbagai ilmu sebagai anaknya yang kita namakan ilmu-ilmu cabang. Kalau filsafat memusatkan perhatiannya pada segala sesuatu sebagai obyeknya, maka pada ilmu-ilmu cabang itu harus memusatkan perhatiannya pada satu obyek tertentu saja.


Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat mencolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan, ternyata terdapat kecenderungan lainnya. Dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke-17, maka mulai terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan karena sebelum abad ke-17 tersebut ilmu pengetahuan identik dengan filsafat sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.

Filsafat itu sendiri telah menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Akibatnya, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang lebih khusus, seperti ilmu pengetahuan alam.
Ilmu pengetahuan sangat menentukan kehidupan manusia, baik individual maupun sosial, akibatnya ilmu yang satu berkaitan erat dengan cabang ilmu yang lain. Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu  sebagai penerus perkembangan filsafat pengetahuan. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Begitu pula ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat.

Ilmu pengetahuan alam dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafat sehingga satu dengan yang lainnya tidak terpisahkan. Sebaliknya, sekarang banyak persoalan filsafat yang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya faktanya sesuai. Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap mempertahankan penggunaan nama atau istilah filsafat alam untuk ilmu pengetahuan alam. Hal ini dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John Dalton: New Princiles of Chemical Philosophy. Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu filsafat, khususnya pada ilmu Fisika.

Fisika sebagai ilmu pengetahuan

Menurut M.J Langeveld, pengetahuan sebagai kesatuan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Demikian pula J.K. Feibleman menyebutkan bahwa knowledge is a relation between object and subject. Dari dua definisi pengetahuan tersebut diketahui adanya pengertian pada subjek mengenai “hal” yang terdapat pada objek. “Hal” itu kemudian dimiliki oleh subjek sehingga dengan demikian diperoleh pengetahuan tertentu berkat penerapan indera atau akal budinya terhadap objek. Dikatakan juga bahwa pengetahuan adalah hasil dari perbuatan mengetahui. Pengetahuan ialah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami. Hasil segala sesuatu tadi harus memanifestasikan dengan adanya pemahaman sedemikian rupa sehingga terdapat perbedaan pengertian dan pemahaman yang jelas daripada sebelum diketahui.

Pengetahuan manusia merupakan sebuah sistem manusiawi, di samping berbagai sistem manusiawi lain yang menjadi unsur-unsur kebudayaan juga yang terpenting dari pengetahuan adalah adanya kebenaran karena setiap orang hanya akan menerima adanya pengetahuan yang benar.

Syarat-syarat dari ilmu pengetahuan yaitu adanya subjek, objek, metode, dan sistem, di mana fisika telah memenuhi syarat-syarat dari ilmu pengetahuan tersebut sehingga dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan. Adapun subjek dari fisika adalah manusia itu sendiri karena manusia berperan sebagai pengamat serta penganalisis gejala-gejala yang terjadi di alam. Fisika memiliki objek yang meliputi objek material dan objek formal. Objek materialnya adalah alam semesta, sedangkan objek formalnya antara lain adalah tata surya, gravitasi, gaya, energi, cahaya, dan lainnya. Metode yang digunakan tergantung pada objek ilmu tersebut, di mana terdapat dua metode yang dikenal secara umum yaitu metode deduktif dan metode induktif. Metode deduktif merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan pernyataan umum ke khusus, sedangkan metode induktif merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan pernyataan khusus ke umum.

Contoh metode deduktif adalah semua benda yang mengapung di atas air memiliki gaya tekan ke atas. Kapal adalah benda yang mengapung di atas air. Jadi kesimpulannya kapal memiliki gaya tekan ke atas. Sedangkan contoh metode induktif bisa dilihat pada contoh berikut ini. Seng yang dipanaskan memuai. Tembaga yang dipanaskan memuai. Perak yang dipanaskan memuai. Besi yang dipanaskan memuai. Timah yang dipanaskan memuai. Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari pernyataan-pernyataan tersebut adalah sejumlah logam yang dipanaskan akan memuai.

Sistem adalah kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan tertentu, memiliki suatu keruntutan yang menyebabkan keefisienan dan keefektifan. Tidak semua data yang disusun secara sistematis (runtut), memenuhi syarat ilmiah suatu ilmu misalnya pada buku telepon. Sistematik yang memenuhi syarat keilmuan bisa dilihat dari dua segi, yaitu pertama merupakan hasil dari suatu usaha menemukan asas pengaturan dan di lain pihak bisa dijadikan titik tolak penemuan-penemuan baru sehingga pengetahuan tersebut bersifat kumulatif. Artinya keilmuan tidak bisa dimulai dari nol, melainkan dari fakta yang dipermasalahkan yang mengandung kebenaran akibat penyelidikan keilmuan yang sebelumnya, diolah untuk disempurnakan dalam kegiatan keilmuan berikutnya. Akibatnya kebenaran yang dicapai bersifat relatif dan sementara. Demikian pula dengan ilmu fisika yang selalu mengalami perkembangan.

Dari uraian di atas, ilmu pengetahuan dan kegiatan keilmuan khususnya fisika, mengandung sifat-sifat seperti, universal, komunal, skeptik, dan bebas pamrih. Universal maksudnya adalah konsep-konsep yang diabstraksikan dalam lingkup ilmu fisika harus berlaku umum dan menyangkut orang banyak atau bersifat intersubjektivitas. Skeptik diartikan sebagai sikap yang tidak menerima kebenaran dengan mudah melainkan dengan lugas dan selalu dicari argumentasi yang logis yang mendukungnya. Komunal artinya ilmu filsafat bisa di terapkan secara umum, di berbagai lapisan masyarakat. Sedangkan dengan bebas pamrih menunjukkan bahwa kegiatan ilmiah tujuannya untuk mencapai kebenaran ilmiah.

Kedudukan filsafat sebagai dasar ilmu fisika

Filsafat merupakan sumber dari segala cabang ilmu pengetahuan. Di mana cabang ilmu pengetahuan ini adalah ilmu-ilmu yang dilahirkan oleh filsafat. Menurut Notonagoro, unsur-unsur yang diperoleh dari ilmu cabang filsafat mencakup objek, dasar-dasar ilmu, sifat-sifat atau syarat-syarat ilmu, metode, dan pemersatu ilmu. Semua ilmu cabang filsafat mendapat ketentuan objek dari filsafat misalnya ilmu ekonomi, hukum, sastra, termasuk ilmu fisika merupakan ilmu yang meninjau suatu objek tertentu.

Filsafat memberikan dasar-dasar kepada ilmu pengetahuan cabang, dan juga memberikan sifat dan syarat-syarat tertentu agar ilmu pengetahuan tersebut menjadi bersifat ilmiah. Filsafat juga memberikan metode pada setiap ilmu cabang untuk memudahkan mencapai tujuannya. Metode ini merupakan syarat ilmiah suatu pengetahuan. Filsafat menempatkan akal pikiran dan rasio sebagai sarana sentral dalam berfilsafat. Karena itulah filsafat berperan sebagai pemersatu ilmu, yang menjadi cabang-cabang ilmu pengetahuan.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, Sunoto mengatakan bahwa jika ilmu-ilmu pengetahuan tersebut digali lebih dalam akhirnya akan sampai juga pada filsafat. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan cabang seperti fisika awalnya berasal dari filsafat, kemudian memisahkan diri menjadi suatu disiplin ilmu yang mandiri, dan akhirnya akan kembali lagi pada filsafat saat cabang ilmu itu diperdalam. Namun, ada perbedaan antara pengertian filsafat sebagai asal mula atau sumber ilmu pengetahuan cabang dengan filsafat sebagai akhir dari pendalaman ilmu pengetahuan cabang itu. Perbedaaannya, pengertian filsafat sebagai sumber ilmu pengetahuan fisika adalah pengertian filsafat dalam arti filsafat umum, sedangkan filsafat sebagai akhir dari pendalaman ilmu pengetahuan fisika adalah arti filsafat vak.

Objek material filsafat umum adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan objek formalnya adalah keterangan yang sedalam-dalamnya atas objek material itu. Sebaliknya, objek material filsafat vak adalah yang ada mengenai satu bidang tertentu, seperti bidang fisika yang selalu mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang fisika.

Pada zaman modern umumnya telah disepakati bahwa ilmu filsafat itu dipelajari dengan dua cara, yaitu dengan memplajari sejarah perkembangan sejak dahulu kala hingga sekarang (metode historis), dan dengan cara mempelajari isi atau lapangan pembahasannya yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis).
Dalam metode historis orang mempelajari perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dahulu kala sehingga sekarang. Di sini dikemukakan riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat di segala masa, bagaimana timbulnya aliran filsafatnya tentang logika, tentang metafisika, tentang etika, dan tentang keagamaan. Dalam metode sistematis orang membahas langsung isi persoalan ilmu filsafat tanpa mementingkan urutan zaman masing-masing. Ilmu filsafat dibagi dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya, dalam bidang logika dipersoalkan mana yang benar dan mana yang salah menurut pertimbangan akal, bagaimana cara berpikir yang benar dan mana yang salah.
Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua ilmu khusus. Dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula matematika dan fisika melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lain. Adapun psikologi baru pada akhir-akhir ini melepaskan diri dari filsafat, bahkan di beberapa institut, psikologi masih terpaut dengan filsafat. Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak mati, tetapi hidup dengan corak baru sebagai ‘ilmu istimewa’ yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Aristoteles, murid Plato, menyatakan bahwa  ilmu pengetahuan  dalam filsafat menggunakan logika (filsafat logika) serta mencakup pula filsafat teoretis (mencangkup persoalan materi di dunia alam nyata, ilmu matematika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu dalam kuantitasnya, ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu). Inilah yang paling utama dari filsafat. Pembagian Aristoteles ini merupakan permulaan yang baik sekali bagi perkembangan pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari secara teratur. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika, hingga sekarang masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang dikagumi dan dipergunakan.

Walaupun pembagian ahli yang satu tidak sama dengan pembagian ahli-ahli lainnya, kita melihat lebih banyak persamaan daripada perbedaan. Dari pandangan para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika, estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya :
  1. Metafisika yaitu filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
  2. Logika yaitu filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
  3. Etika yaitu filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
  4. Estetika yaitu filsafat tentang kreasi yang melibatkan rasa indah dan yang jelek.
  5. Epistemologi yaitu filsafat tentang ilmu pengetahuan
  6. Filsafat-filsafat khusus lainnya, seperti filsafat agama, filsafat manusia,
Filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Seperti telah dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan pembahasannya. Yang ditujunya ialah mencari hakikat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya). Dari tinjauan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam tiap-tiap pembagian sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika, dan etika.

Perkembangan fisika sebagai ilmu pengetahuan

Asal-usul terjadinya alam makrokosmos diawali dari adanya rasa penasaran  para filsuf terhadap kejadian-kejadian alam misalnya debur ombak, lamanya siang dan malam yang berganti secara rutin, dan angkasa raya yang maha luas sehingga mereka menggunakan akal pikirannya untuk membuat teori-teori filsafat yang berkaitan tentang alam semesta.

Di dalam perkembangan ilmu fisika, banyak ahli-ahli yang mempelajari filsafat yang selanjutnya menjadi teori-teori Fisika, misalnya rasa penasaran Newton saat sebuah apel jatuh dia atas kepalanya yang akhirnya melahirkan teori gravitasi, ataupun Archimedes yang akhirnya menemukan gaya apung setelah rasa penasarannya ketika air baknya meluap saat ia berendam.

Selain itu, Aristoteles mempelajari dan membagi gerak (kinetis) menjadi dua, yaitu gerak spontan dan gerak karena kekerasan. Gerak spontan adalah perubahan secara umum, dikelompokkan menjadi gerak subsitusional yakni sesuatu menjadi sesuatu yang lain seperti seekor anjing mati dan gerak aksidental yakni perubahan yang menyangkut salah satu aspek saja. Gerak aksidental ini berlangsung melalui tiga cara yaitu gerak lokal seperti meja pindah dari satu tempat ke tempat lain, gerak kualitatif seperti daun hijau menjadi kuning, dan gerak kuantitatif seperti pohon tumbuh membesar. Dalam setiap gerak ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan yaitu keadaan terdahulu, keadaan baru, dan substratum yang tetap. Contohnya, air dingin menjadi panas. Dingin menunjukkan keadaan terlebih dahulu, panas sebagai keadaan baru, dan air sebagai substratum.

Aristoteles berpendapat bahwa setiap kejadian diakibatkan oleh empat sebab utama, yaitu penyebab efisien sebagai sumber kejadian, penyebab final sebagai tujuan atau arah kejadian, penyebab material sebagai bahan tempat kejadian tempat berlangsung, dan penyebab formal sebagai bentuk menyusun bahan. Keempat sebab ini berlaku untuk semua kejadian, baik yang terjadi secara alamiah maupun yang disebabkan oleh manusia. Semua benda alamiah mempunyai sifat phisis dalam perkembangannya seperti adanya sumber gerak atau diam dalam dirinya sendiri. Contohnya, pohon kecil tumbuh besar karena phisisnya, pohon tetap tinggal pohon berkat phisis atau kodratnya.

Mengenai alam, Aristoteles berpendirian bahwa dunia ini bergantung pada tujuan (telos) itu. Alam tidak membuat sesuatu dengan sia-sia dan tidak membuat sesuatu yang berlebihan. Alam juga bertindak seolah-olah ia mengetahui konsekuensi perbuatannya. Teologi ini juga mencakup alam yang tidak hidup yang terdiri dari empat unsur seperti api, udara, air, dan tanah.

Jagat raya berbentuk bola dan terbatas, tetapi tidak mempunyai permulaan dan bersifat kekal. Semua jagat raya di luar bumi terdiri dari unsur kelima yaitu ether yang tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat berubah menjadi unsur lain. Berkaitan dengan jagat raya ini Aristoteles mempunyai pandangan yang sangat terkenal mengenai penggerak pertama yang tidak digerakkan. Ia berpendapat segala sesuatu yang bergerak di dunia ini, digerakkan oleh sesuatu yang lain yang disebut “Penggerak Pertama” yang menyebabkan gerak itu, tetapi ia sendiri tidak digerakkan, yaitu Tuhan.
Sejarah perkembangan ilmu fisika dapat dibagi dalam empat periode yaitu:
  1. Periode Pertama, dari zaman prasejarah sampai tahun 1550 an. Pada periode pertama ini dikumpulkan berbagai fakta fisis yang dipakai untuk membuat perumusan empirik. Dalam periode pertama ini belum ada penelitian yang sistematis. Beberapa penemuan pada periode ini di antaranya
    • Pada tahun 2.400.000 SM – 599 SM di bidang astronomi sudah dihasilkan Kalender Mesir dengan 1 tahun sama dengan 365 hari, prediksi gerhana, jam matahari, dan katalog bintang. Dalam teknologi sudah ada peleburan berbagai logam, pembuatan roda, teknologi bangunan (piramid), standar berat, pengukuran, dan penggunaan koin (mata uang).
    • Tahun 600 SM – 530 M perkembangan ilmu dan teknologi sangat terkait dengan perkembangan matematika. Dalam bidang Astronomi sudah ada pengamatan tentang gerak benda langit (termasuk bumi), jarak dan ukuran benda langit. Dalam bidang sains fisik Physical Science, sudah ada Hipotesis Democritus bahwa materi terdiri dari atom-atom. Archimedes memulai tradisi “Fisika Matematika” untuk menjelaskan tentang katrol, hukum-hukum hidrostatika dan lain-lain. Tradisi Fisika Matematika berlanjut sampai sekarang.
    • 530 M – 1450 M: Mundurnya tradisi sains di Eropa dan pesatnya perkembangan sains di Timur Tengah. Dalam kurun waktu ini terjadi Perkembangan Kalkulus. Dalam bidang Astronomi ada “Almagest” karya Ptolomeous yang menjadi teks standar untuk astronomi, teknik observasi berkembang, trigonometri sebagai bagian dari kerja astronomi berkembang. Dalam Sain Fisik, Aristoteles berpendapat bahwa gerak bisa terjadi jika ada yang nendorong secara terus-menerus. Selain itu terjadi berbagai perkembangan di bidang kemagnetan, eksperimen optika, dan ilmu Kimia.
    • Pada tahun 1450 M-1550 M ada publikasi teori heliosentris dari Copernicus yang menjadi titik penting dalam revolusi sain. Saat itu mulai ada arah penelitian yang sistematis.
  1. Periode Kedua, dari tahun 1550-an sampai tahun 1800-an mulai dikembangkan metoda penelitian yang sistematis dengan Galileo dikenal sebagai pencetus metoda saintifik dalam penelitian. Hasil-hasil yang didapatkan antara lain:
    • Kerja sama antara eksperimentalis dan teoris menhasilkan teori baru pada gerak planet
    • Newton meneruskan pemikiran Galileo terutama dalam bidang mekanika menghasilkan hukum-hukum gerak yang sampai sekarang masih dipakai
    • Dalam Mekanika selain Hukum-Hukum Newton dihasilkan pula Persamaan Bernoulli, Teori Kinetik Gas, Vibrasi Transversal dari Batang, Kekekalan Momentum Sudut, serta Persamaan Lagrange
    • Dalam Fisika Panas ada penemuan termometer, Azas Black, dan Kalorimeter
    • Dalam Gelombang Cahaya ada penemuan aberasi dan pengukuran kelajuan cahaya
    • Dalam kelistrikan ada klasifikasi konduktor dan nonkonduktor, penemuan elektroskop, pengembangan teori arus listrik yang serupa dengan teori penjalaran panas dan Hukum Coulomb
  1. Periode Ketiga, dari tahun 1800-an sampai 1890-an. Pada periode ini diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik. Dalam periode ini Fisika berkembang dengan pesat terutama dalam mendapatkan formulasi-formulasi umum dalam Mekanika, Fisika Panas, Listrik-Magnet dan Gelombang, yang masih terpakai sampai saat ini.
    • Dalam mekanika diformulasikan persamaan Hamiltonian (yang kemudian dipakai dalam Fisika Kuantum), persamaan gerak benda tegar, teori elastisitas, hidrodinamika.
    • Dalam fisika panas diformulasikan hukum-hukum termodinamika, teori kinetik gas, penjalaran panas dan lain-lain.
    • Dalam Listrik-Magnet diformulasikan Hukum Ohm, Hukum Faraday, Teori Maxwell dan lain-lain.
    • Dalam Gelombang diformulasikan teori gelombang cahaya, prinsip interferensi, difraksi dan lain-lain.
  1. Periode Keempat, yaitu dari tahun 1890-an sampai sekarang. Pada akhir abad ke-19 ditemukan beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika klasik. Hal ini menuntut pengembangan konsep fisika yang lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern. Dalam periode ini dikembangkan teori-teori yang lebih umum yang dapat mencakup masalah yang berkaitan dengan kecepatan yang sangat tinggi (relativitas) atau/dan yang berkaitan dengan partikel yang sangat kecil (teori kuantum).
    • Teori Relativitas yang dipelopori oleh Einstein menghasilkan beberapa hal di antaranya adalah kesetaraan massa dan energi E=mc2 yang dipakai sebagai salah satu prinsip dasar dalam transformasi partikel.
    • Teori Kuantum, yang diawali oleh karya Planck dan Bohr dan kemudian dikembangkan oleh Schroedinger, Pauli, Heisenberg dan lain-lain, melahirkan teori-teori tentang atom, inti, partikel sub atomik, molekul, zat padat yang sangat besar perannya dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

Kesimpulan

Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang merupakan percabangan dari ilmu filsafat. Cabang filsafat disebut sebagai ilmu pengetahuan apabila memiliki subjek, objek, disusun menggunakan metode-metode tertentu serta memiliki sistem yang dapat ditentukan. Adapun subjek dari fisika adalah manusia itu sendiri karena manusia berperan sebagai pengamat serta penganalisis gejala-gejala yang terjadi di alam. Fisika memiliki objek yang meliputi objek material dan objek formal. Objek materialnya adalah alam semesta, sedangkan objek formalnya antara lain adalah tata surya, gravitasi, gaya, energi, cahaya, dan lainnya. Metode yang digunakan tergantung pada objek ilmu tersebut, di mana terdapat dua metode yang dikenal secara umum yaitu metode deduktif dan metode induktif. Metode deduktif merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan pernyataan umum ke khusus, sedangkan metode induktif merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan pernyataan khusus ke umum.

Filsafat merupakan sumber dari segala cabang ilmu pengetahuan. Di mana cabang ilmu pengetahuan ini adalah ilmu-ilmu yang dilahirkan oleh filsafat. Filsafat memberikan dasar-dasar kepada ilmu pengetahuan cabang, dan juga memberikan sifat dan syarat-syarat tertentu agar ilmu pengetahuan tersebut menjadi bersifat ilmiah. Filsafat juga memberikan metode pada setiap ilmu cabang untuk memudahkan mencapai tujuannya. Metode ini merupakan syarat ilmiah suatu pengetahuan. Filsafat menempatkan akal pikiran dan rasio sebagai sarana sentral dalam berfilsafat. Karena itulah filsafat berperan sebagai pemersatu ilmu, yang menjadi cabang-cabang ilmu pengetahuan.

Di dalam perkembangan ilmu fisika, banyak ahli-ahli yang mempelajari filsafat yang selanjutnya menjadi teori-teori Fisika. Sejarah perkembangan ilmu fisika dapat dibagi dalam empat periode yaitu: periode pertama, dari zaman prasejarah sampai tahun 1550 an. Pada periode pertama ini dikumpulkan berbagai fakta fisis yang dipakai untuk membuat perumusan empirik dan dalam periode pertama ini belum ada penelitian yang sistematis, periode kedua yaitu dari tahun 1550-an sampai tahun 1800-an mulai dikembangkan metoda penelitian yang sistematis dengan Galileo dikenal sebagai pencetus metoda saintifik dalam penelitian, periode ketiga yaitu dari tahun 1800-an sampai 1890-an dan pada periode ini diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik. Selain itud alam periode ini Fisika berkembang dengan pesat terutama dalam mendapatkan formulasi-formulasi umum dalam Mekanika, Fisika Panas, Listrik-Magnet dan Gelombang, yang masih terpakai sampai saat ini.


 

0 komentar:

Posting Komentar